Industri Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Dunia


Direncanakan pada November 2021, Indonesia siap memproduksi kendaraan listrik. 50%-60% komponen mobil listrik tersebut adalah baterai. Untuk menyukseskan itu, Indonesia akan memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia.

Demikian disampaikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, sebagaimana dikutip beritasatu.com. Ia menambahkan  bahwa pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan Electric Vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd. Bekerja sama dengan konsorsium MIND ID milik BUMN yang terdiri dari PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Saatnya Bangkit

Proyek kerja sama investasi ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada November 2019 lalu. Sebelumnya, Bahlil juga telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada 18 Desember 2020. MoU berisi tentang kerja sama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai US$ 9,8 miliar atau Rp 142 triliun. “Angka ini luar biasa, belum ada investasi pascareformasi sebesar ini. Apalagi di era pandemi, hanya sedikit negara punya peluang ini. Ini momentum Indonesia untuk bangkit dan banyak investor yang minat di sini (Indonesia),” kata Bahlil.

Lokasi

Pabrik baterai listrik, imbuhnya, hulunya akan dibangun di Maluku Utara. Sebagian proyek akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah,  yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerjasama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.

Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat segera memulai tahap produksi. Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. 

Hilirisasi pertambangan adalah wujud transformasi tersebut. “Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik. Dimana baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik,” ujar Bahli.

Perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerja sama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional di daerah dan UKM lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah. “Investasi ini akan menjadi model kolaborasi komplet yang melibatkan perusahaan asing dengan reputasi global, BUMN yang mumpuni, dan pelaku ekonomi swasta nasional/daerah yang kuat," tegas Bahlil.

Semakin Diminati

Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100% dari total kendaraan yang beredar. Diperkirakan pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listrik atau sekitar 50% dari total permintaan otomotif dunia. 

Selain itu, beberapa pabrikan mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik, yaitu antara 20-50% dari total produksinya. Adapun target penerapan kendaraan listrik di dunia akan terus meningkat secara bertahap.

Dalam rentang tahun 2020-2030 negara-negara Asia akan mulai menerapkannya, antara lain Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (8,75 juta unit kendaraan), Thailand (250.000 unit kendaraan), Vietnam (100.000 unit kendaraan), Malaysia (100.000 unit kendaraan), serta India (55.000 unit mobil listrik dan 1 juta unit motor listrik). Sementara itu, target penerapan kendaraan listrik Indonesia pada tahun 2035 adalah 4 juta unit mobil listrik dan 10 juta unit motor listrik.*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sukaton Purtomo Priyatmo, SH, MM, Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang Guru Harus Sejahtera

Tomat Hitam Kaya Manfaat

SMK Negeri H. Moenadi Ungaran Berkomitmen “Sekolah Mbangun Desa”